Mitos dan Fakta seputar Stroke
Banyak mitos beredar di
masyarakat tentang penyakit stroke, Sebagai pengetahuan dasar lainnya, kita
juga harus mengetahui tentang mitos-mitos yang beredar di masyarakat tentang
stroke. Dengan mengetahui mitos-mitos dan fakta sesungguhnya menurut ilmu
pengetahuan diharapkan kita bisa bertindak benar saat anggota keluarga kita
terkena stroke.
Hal ini penting.
Mengingat berbagai program penanggulangan stroke yang dilakukan oleh tenaga
medis mengalami hambatan dengan adanya mitos-mitor seputar stroke yang beredar
di masyarakat.
Mitos
ini cukup banyak dan seakan mengitari fase penyembuhan stroke, mulai pada fase
pencegahan, pengobatan ataupun rehabilitasi. Supaya Anda tidak heran dengan
mitos yang telah beredar ini, berikut ditulis beberapa mitos yang paling umum
beserta fakta sebenarnya yang diambil dari berbagai situs Pokdi Neurologi Intervensi
PP Perdossi.
Mitos : Stroke tidak dapat dicegah
Fakta : Hal ini salah besar, karena stroke adalah suatu
penyakit yang dapat dicegah , setidaknya dikurangi resiko timbulnya, melalui
penatalaksanaan yang tepat dan cermat
Mitos : Stroke pasti menyebabkan kelumpuhan
Fakta : Tidak semua stroke menyebabkan kelumpuhan,
karena ada dampak lain selain kelumpuhan, misalnya seperti lidah pelo, mulut
mencong , tidak bisa bicara, tida bisa menelan. Jika pun kelumpuhan terjadi
biasanya terjadi di satu sisi tubuh.
Mitos : Stroke tidak dapat disembuhkan
Fakta : Stroke bisa disembuhkan. Bahkan bila diberikan
terapi yang tepat selama golden time
periode nya belum lewat, maka outcome
yang dihasilkan akan sangat baik. Pada saat ini, berdasarkan
jurnal-jurnal penelitian ilmiah dari institusi terkemuka, golden time periode
untuk stroke adalah hingga 4,5 jam setelah serangan.
Mitos : Beberapa etnis tertentu di Indonesia memiliki
resiko terkena stroke yang lebih besar
Fakta : Tidak ada hubungan antara stroke dengan etnis
manapun. Yang benar adalah mungkin pola makan etnis itulah yang berpotensi
besar untuk menyebabkan stroke. Memang harus diakui beberapa daerah tertentu di
Indonesia amat gemar menyantap bahan makanan yang secara langsung ataupun tidak
langsung akan meningkatkan salah satu factor resiko stroke .
Mitos : Stroke hanya menyerang orang tua
Fakta : Ini adalah salah besar. Karena saat ini sudah
banyak yang terkena stroke di akhir usia 30 an atau awal 40 an tahunan. Bahkan yang
lebih memprihatinkan adalah telah ditemukan juga penderita stroke di Indonesia
yang umurnya baru 9 tahun.
Mitos : Minum obat stroke harus seumur hidup. Ini akan
mengakibatkan sakit ginjal
Fakta : yang perlu diingat adalah serangan stroke yang
terjadi kedua kali atau selanjutnya, dampaknya akan lebih berbahaya dibanding
serangan stroke pertama kali. Karena itu memang konsumsi obat stroke harus
dilakukan seumur hidup untuk mencegah penyekit ini datang kembali. Seorang
dokter syaraf yang ahli akan memberikan resep yang aman, sehingga resiko
terkena gangguan ginjal akibat minum obat jangka panjang akan dapat dicegah.
Mitos : Penderita stroke selalu merasakan nyeri di
sekujur tubuhnya
Fakta : Tidak selalu seperti itu, karena sebenarnya di sebagian
besar serangan stroke pada penderitanya jarang bahkan tidak ditemui sensasi
nyeri tersebut.
Mitos : Usaha rehabilitasi untuk memulihkan kondisi
pasca serangan stroke hanya dapat dilakukan dalam beberapa bulan pasca serangan
Fakta : Salah. Usaha rehabilitasi ini bisa dilakukan
seumur hidup hingga penderita mencapai kemandirian untuk beraktivitas terbaik
sesuai kemampuannya.
Mitos : Kalau terjadi serangan stroke , cepat berikan
1-2 tusukan kecil di telinga atau ujung jari
Fakta : Salah. Hal ini tidak berdampak apapun, bahkan
akan lebih memberikan rasa sakit pada penderita. Cara yang tepat adalah
secepatnya dibawa ke Rumah Sakit, sehingga tenaga medis bisa cepat memberikan
pertolongan pada penderita.
*****
Selain mitos dan fakta
diatas, ada fakta seputar stroke yang juga harus Anda ketahui sebagai orang
yang merawat penderita stroke agar tidak salah dalam penanganan penyakitnya.
Beberapa fakta seputar stroke itu adalah sebagai berikut:
Fakta Seputar Stroke
1.
Problem Stroke
Tidak Bisa Disamakan Satu Sama Lain
Problem
stroke memang tidak bisa disamakan satu sama lain, pemulihannya butuh
waktu yang lama. ada stroke yang berat mungkin
tidak bisa dipulihkan 100% . Jika pasien tidak memahami, tidak sabar, maka ia akan
seperti orang kalap yang mencoba semua bentuk pengobatan yang menjanjikan
menyembuhkan stroke dalam waktu singkat. Rata-rata pengobatan itu harganya
mahal-mahal. Justru sangat menghabiskan biaya di awal-awal masa pemulihan,
namun hasilnya tidak seperti yang diharapkan.
2.
Gunakan Atau Tidak Berguna
Dalam masa
pemulihan stroke berlaku kaidah: "use
it or lose it.” Ya "gunakan atau tidak berguna", maksudnya adalah
jika pasien tidak belajar menggunakan bagian tubuhnya yang lemah, misalnya
kakinya, jika tidak digunakan untuk menyangga berat badan, maka nanti tidak
bisa digunakan untuk menyangga berat badan (tidak berguna) sampai kapanpun.
3.
Nyeri Bukan Tanda yang Baik
Kadang pasien
dan keluarganya beranggapan bahwa nyeri yang dialami pasien stroke adalah tanda
yang baik. Padahal nyeri bisa menyebabkan gangguan pemulihan stroke terutama
pemulihan gerak dan aktivitas. Latihan gerak bisa tertunda karena nyeri. Oleh
karenanya menghindari hal-hal yang dapat mengakibatkan nyeri itu penting.
4.
Bagaimana Pasien Belajar Bergerak Begitulah Hasilnya
Plastisitas
membuka peluang perubahan pada struktur dan fungsi otak. Setelah stroke pasien bisa
belajar bergerak lagi. Gerak yg dilakukan berulang-ulang akan menetap dan
terbentuk di otak. Selain dampak baik, dampak buruk dari plastisitas otak
adalah jika pasien belajar bergerak menggunakan pola yang tidak normal
(sebagaimana orang normal semestinya bergerak), nantinya akan menghasilkan
gerak yang abnormal pula dan menetap. Jadi, bagaimana pasien belajar
bergerak, begitulah hasilnya.

Posting Komentar untuk "Mitos dan Fakta seputar Stroke"